Permasalahan burnout karyawan di tempat kerja semakin menjadi perhatian utama bagi banyak perusahaan saat ini. Sebuah studi terbaru dari Gallup yang melibatkan hampir 7.500 karyawan full-time, menemukan bahwa 23% dari mereka melaporkan sering atau selalu merasa burnout di tempat kerja.
Burnout pada karyawan tidak hanya menyebabkan dampak negatif pada kesejahteraan individu, tetapi juga dapat merugikan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Menurut studi yang sama, karyawan yang merasa burnout memiliki kemungkinan 63% lebih tinggi untuk mengambil cuti sakit dan 2,6 kali lebih mungkin mencari pekerjaan baru. Mereka juga cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah dalam kinerja mereka dan jarang membahas cara mencapai tujuan kinerja dengan manajer mereka.
Faktor Risiko Pemicu Burnout
Burnout di tempat kerja bukanlah masalah yang sepele. Hal ini terkait erat dengan tingkat stres yang tinggi yang dialami oleh karyawan dalam lingkungan kerja mereka. Burnout bisa mencaku perasaan kelelahan fisik dan emosional, serta perasaan tidak berdaya dan hampa. Beberapa faktor risiko yang dapat memicu burnout termasuk:
- Beban kerja yang berat
- Jam kerja yang panjang
- Ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadI
- Kurangnya kontrol atas pekerjaan
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi burnout di tempat kerja? Ada beberapa tanda peringatan yang dapat diwaspadai, baik secara fisik maupun emosional. Gejala fisik meliputi kelelahan kronis, insomnia, sakit kepala, dan peningkatan pengambilan cuti sakit. Sedangkan gejala emosional meliputi peningkatan iritabilitas, sikap sinis, kehilangan motivasi, dan perasaan terpisah dari pekerjaan.
Tidak hanya itu, ada juga indikator perilaku yang dapat menunjukkan adanya burnout, seperti penurunan produktivitas, penarikan diri dari tanggung jawab dan kegiatan tim, peningkatan perilaku menunda-nunda, dan kesalahan kerja yang semakin sering.
Namun, mengatasi burnout bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Seorang manajer atau lead memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan karyawan dan mencegah terjadinya burnout.
Cara Mengurangi Risiko Burnout
Ada lima faktor utama yang harus difokuskan oleh seorang manajer atau lead untuk mengurangi risiko burnout di tempat kerja:
- Perlakuan yang adil
- Pengelolaan beban kerja yang terkelola dengan baik
- Kejelasan peran
- Komunikasi yang efektif
Selain itu, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk mencegah terjadinya burnout di tempat kerja:
- Menciptakan kebiasaan kerja yang sehat
- Mempromosikan lingkungan kerja yang positif
- Menyediakan sumber daya dan pelatihan yang diperlukan
- Mengumpulkan feedback dari karyawan
- Merayakan pencapaian-pencapaian karyawan
- Waktu kerja 40 jam atau kurang dalam seminggu
- Promote wellness, termasuk tidur yang cukup, pola hidup sehat (berolahraga, diet seimbang, dll.) dan mendorong karyawan meluangkan waktu untuk kegiatan yang membuat mereka bahagia
Dalam rangka mencapai kesuksesan jangka panjang, penting bagi sebuah perusahaan untuk mengakui pentingnya kesejahteraan karyawan dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah terjadinya burnout karyawan di tempat kerja. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan memperhatikan kesejahteraan mental dan emosional karyawan, organisasi dapat memastikan bahwa karyawan tetap produktif, bahagia, dan berkontribusi secara maksimal terhadap kesuksesan perusahaan.